Candi Ijo
Candi Ijo adalah sebuah kompleks percandian bercorak Hindu, berada 4 kilometer arah tenggara dari Candi Ratu Boko atau kita-kira 18 kilometer di sebelah timur kota Yogyakarta. Candi ini diperkirakan dibangun antara kurun abad ke-10 sampai dengan ke-11 Masehi pada saat zaman Kerajaan Medang periode Mataram
Lokasi
Candi Ijo terletak di Dukuh Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman,
Yogyakarta. Candi ini berada lereng barat sebuah bukit yang masih
merupakan bagian perbukitan Batur Agung, kira-kira sekitar 4 kilometer
arah tenggara Candi Ratu Boko. Posisinya berada pada lereng bukit dengan ketinggian rata-rata 375 meter di atas permukaan laut.
Candi ini dinamakan "Ijo" karena berada di atas bukit yang disebut
Gumuk Ijo. Kompleks percandian membuka ke arah barat dengan panorama
indah, berupa persawahan dan bentang alam, seperti Bandara Adisucipto dan pantai Parangtritis.
Dataran tempat kompleks utama candi memiliki luas sekitar 0,8
hektare, namun kuat dugaan bahwa kompleks percandian Ijo jauh lebih
luas, dan menjorok ke barat dan utara. Dugaan itu didasarkan pada
kenyataan bahwa ketika lereng bukit Candi Ijo di sebelah timur dan
sebelah utara ditambang oleh penduduk, banyak ditemukan artefak yang
mempunyai kaitan dengan candi.
Tata bangunan
Kompleks percandian Ijo dibangun pada punggungan bukit yang disebut Gumuk/Bukit Ijo. Nama ini telah disebut dalam prasasti Poh berangka tahun 906 Masehi berbahasa Jawa Kuna, dalam penggalan " ... anak wanua i wuang hijo ..." (anak desa, orang Ijo)
Kompleks candi
Secara keseluruhan, kompleks candi merupakan teras-teras berundak,
dengan bagian terbawah di sisi barat dan bagian tertinggi berada pada
sisi timur, mengikuti kontur bukit. Kompleks percandian utama berada
pada ujung timur. Di bagian barat terdapat reruntuhan bangunan candi
yang masih dalam proses ekskavasi dan belum dipugar.
Setelah disela oleh kebun kecil, terdapat teras yang lebih tinggi
dengan cukup banyak reruntuhan yang diperkirakan berasal dari sekumpulan
candi-candi pemujaan kecil (candi perwara). Salah satu candi ini telah
dipugar pada tahun 2013.
Kompleks percandian utama
Kompleks percandian utama terletak di bagian timur menempati teras
tertinggi. Di bagian ini ada candi induk (satu telah dipugar), candi
pengapit, dan candi perwara. Candi induk yang sudah selesai dipugar
menghadap ke barat. Di hadapannya berjajar tiga candi yang lebih yang
lebih kecil ukurannya yang diduga dibangun untuk memuja Trimurti: Brahma, Wisnu, dan Syiwa.
Ketiga candi perwara ini menghadap ke arah candi utama, yaitu menghadap
ke timur. Ketiga candi kecil ini memiliki ruangan di dalamnya dan
terdapat jendela kerawangan berbentuk belah ketupat di dindingnya. Atap
candi perwara ini terdiri atas tiga tingkatan yang dimahkotai barisan
ratna. Candi perwara yang berada di tengah melindungi arca lembu Andini, kendaraan Dewa Syiwa.
Candi induk
Bangunan candi induk berdiri di atas kaki candi yang berdenah dasar
persegi empat. Pintu masuk ke ruang dalam tubuh candi terletak di
pertengahan dinding sisi barat, diapit dua buah jendela palsu, yakni
relung gawang jendela tapi tidak tembus berlubang pada ruangan di dalam.
Pada dinding sisi utara, timur, dan selatan masing-masing terdapat tiga
relung yang dihiasi ukiran kala makara.
Relung yang tengah lebih tinggi dari dua relung yang mengapitnya.
Relung-relung ini kini kosong, diduga mungkin dulu pada relung-relung
ini pernah terpasang arca.
Untuk mencapai pintu yang terletak sekitar 120 cm dari permukaan
tanah dibuat tangga yang dilengkapi dengan pipi tangga berbentuk
sepasang makara,
makhluk mitos berbentuk bertubuh ikan dan berbelalai seperti gajah.
Kepala makara menjulur ke bawah dengan mulut menganga. Di atas ambang
pintu terdapat hiasan kepala Kala bersusun. Pada bagian pintu masuk
terdapat ukiran kala makara, berupa mulut raksasa kala
yang tersambung makara. Pola kala-makara ini lazim ditemukan dalam
ragam hias candi-candi Jawa Tengah. Sebagaimana yang terdapat di
candi-candi lain di Jawa Tengah dan Yogyakarta, kedua kepala Kala
tersebut tidak dilengkapi dengan rahang bawah. Di atas ambang kedua
jendela palsu juga dihiasi dengan pahatan kepala Kala bersusun.
Di dalam mulut masing-masing makara terdapat relief burung bayan
kecil. Jendela-jendela palsu ada bagian luar dinding utara, timur dan
selatan, yaitu tiga buah pada masing-masing sisi. Ambang jendela juga
dibingkai dengan hiasan sepasang makara dan kepala kala seperti yang
terdapat di jendela palsu yang mengapit pintu.
Dalam tubuh candi induk ini terdapat sebuah ruangan. Di tengah
dinding bagian dalam sisi utara, timur dan selatan masing-masing
terdapat sebuah relung. Setiap relung diapit oleh pahatan pada dinding
yang menggambarkan sepasang apsara yang terkesan terbang menuju ke arah relung. Tepat di tengah ruangan terdapat lingga dan yoni yang disangga oleh figur ular sendok.
Makhluk yang berasal dari mitos Hindu ini melambangkan penyangga bumi.
Penyatuan lingga dan yoni melambangkan kesatuan antara Syiwa dan Parwati
shaktinya.
Atap candi bertingkat-tingkat tiga undakan, terbentuk dari susunan
segi empat yang makin ke atas makin mengecil. Di setiap sisi terdapat
deretan tiga ratna di masing-masing tingkat. Sebuah ratna berukuran
lebih besar terdapat di puncak atap. Sepanjang batas antara atap dan
dinding tubuh candi dihiasi dengan deretan pahatan dengan pola
berselang-seling antara sulur-suluran dan gana (makhluk kerdil).
Sepanjang tepi atap dihiasi dengan deretan antefiks dengan bingkai
sulur-suluran. Dalam masing-masing bingkai terdapat arca setengah badan
yang menggambarkan dewa dalam berbagai posisi tangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar